Pages

Untung rugi ikut asuransi

Kamis, 01 Januari 2015

jika kita ingin membeli sebuah polisasuransi,tentu kita harus memilih asuransi yang tepat dan yang terbaik.  tapi apakah perlu bagi kita untuk memiliki asuransi? Jika pertanyaan ini diajukan kepada penjual asuransi, jawabannya pastipasti perlu. namanya juga penjual asuransi,tentu saja tidak di sebutkan resiko resiko dari asuransi. namun bukanya asuransi tidak di perlukan,tapi, ini maslahnyaada pada seberapabanyak uang yang bisa kita keluarkan untuk membayar premi bulanan. jadi jika ditanyakan kepada para pakar yang independen,tentang perlunyakita memiliki asuransi,maka  Jawaban sebenarnya adalah “BELUM TENTU”.  biasanya pihak asuransi cenderung melebih lebihkan (baca menakut nakuti) tentang resiko resiko yang akan kita hadapi dalam hidup ini. namun faktanya,bisa jadi ada risiko-risiko yang sebenarnya tidak perlu diasuransikan.

banyak kasus ada orang yang begitu bersemangat membeli berbagai jenis asuransi dari A sampai Z dalam rangka ‘membenahi keuangan keluarga’. Namun bukan keuangan keluarga yang terbenahi, tetapi justru hanya menambah beban pengeluaran.
Sekadar untuk ilustrasi dalam pembahasan kali ini, anggaplah ada sebuah risiko yang nilainya sebesar Rp 1 juta. Probabilitas terjadinya risiko ini dalam satu tahun adalah 1%. Atau dengan kata lain, dari 100 orang, dalam satu tahun ada 1 orang yang mengalami risiko tersebut. Untuk mengatasi risiko ini, 100 orang tersebut mengumpulkan uang masing-masing sebesar 1% x Rp 1 juta = Rp 10 ribu per tahun. Dana yang terkumpul adalah sebesar Rp 1 juta, yang kemudian akan diserahkan kepada satu orang yang mengalami risiko tersebut.
Jika perusahaan asuransi ingin memasarkan produk asuransi untuk risiko ini, maka Rp 1 juta disebut ‘uang pertanggungan’, dan Rp 10 ribu/tahun disebut ‘premi’. Perusahaan asuransi bukanlah lembaga amal yang melakukan kegiatannya dengan sukarela.
apakah anda tahu sebenarnya perusahaan asuransi sebenarnyadidirikan untuk sebuah perusahaan bisnis? samaseperti perusahaan lainya, asuransi juga mencari keuntungan, dan juga memiliki beban operasional yang perlu ditutupi. jadi karena  itu, di atas pungutan premi sebesar Rp 10 ribu/bulan, akan mereka bebankan biaya tambahan, misalnya Rp 5 ribu/tahun, sehingga premi total menjadi Rp 15 ribu/bulan. Rp 5 ribu/doba kalikan lima ribu perbulan dikali ribuan atau bahkan jutaan anggota asuransi?.itulah bisnis asuransi sebenarnya.

Jika adaseribu  orang yang membeli suatu produk asuransi ini, maka perusahaan asuransi akan mendapatkan pemasukan sebesar 1000 x Rp 15 ribu/tahun = Rp 1,5 juta/tahun. Sedangkan pengeluarannya adalah 1% x 1000 x Rp 1 juta = Rp 1 juta. Selisih Rp 500 ribu digunakan perusahaan asuransi untuk menutupi biaya operasional dan juga untuk dibukukan sebagai keuntungan.
itu baru contoh minimal.

asuransi di dak perlu di beli jika, ada orang dengan penghasilan relatif sangat besar, misalnya sebesar Rp 50 juta per bulan. Apakah dia perlu membeli asuransi di atas? pasti tidak perlu orangtersebut membeli produk asuransi. , karena risiko finansial sebesar Rp 1 juta per bulan tidaklah sulit untuk ditutupi. Dengan tidak mengasuransikan risiko tersebut, orang ini menghemat biaya overhead sebesar Rp 5 ribu/tahun. Jika dia memilih untuk mengasuransikan risiko tersebut, maka dia akan  kehilangan Rp 5 ribu/tahun tersebut untuk hal yang sebenarnya tidak perlu dia keluarkan.

jadi gambaran  di atas mengasumsikan probabilitas terjadinya suatu kejadian yang tidak mengenakkan atau  musibah dalam satu tahun adalah 1%. yang artinya dalam satu tahun, ada satu dari seratus orang yang mendapatkan bencana/musibah. namun agaimana seandainya, probabilitas terjadinya musibah adalah 90%, dan bukan 1%? Atau dengan kata lain ada 90 orang dari 100 orang yang mengalami musibah?.
jika demikian adanya,, maka perusahaan asuransi akan menaikkan biaya premi, yang tadinya hanya Rp 15 ribu/tahun menjadi sekitar 90x lipat, yaitu Rp 1,3 juta. jika sudah seperti ini masalahnya tentunya lebih baik tidak usah diasuransikan, karena setoran premi per tahun lebih besar daripada uang pertanggungannya itu sendiri. 
Bagaimana jika probabilitasnya 100%, atau dengan kata lain datangnya musibah merupakan suatu kepastian? Maka dapat dipastikan setoran premi akan lebih besar daripada uang pertanggungan yang akan didapatkan. Ini karena perusahaan asuransi juga mencari keuntungan dan memiliki ongkos operasional yang harus ditutupi.
Prinsip kedua: “Semakin tinggi probabilitas terjadinya musibah, maka justru semakin tidak perlu diasuransikan.”
Tak jarang agen asuransi jiwa menakut-nakuti calon nasabah dengan tingginya terjadinya risiko saat usia nasabah bertambah. Padahal ini terbalik. Semakin tinggi risiko, justru semakin tidak perlu diasuransikan.
Lalu bagaimana jika misalnya perusahaan asuransi menaikkan harga premi yang tadinya Rp 15 ribu/tahun menjadi misalnya Rp 500 ribu/tahun?  Dengan overhead setinggi itu, nasabah kini memiliki pilihan untuk ikut asuransi dan kehilangan Rp 500 ribu/tahun; atau tidak ikut asuransi dan dalam dua tahun akan terkumpul dana sebesar uang pertanggungan. Pilihan kedua jelas jauh lebih menarik. Memiliki uang tunai ekstra sebesar Rp 500 ribu/tahun tentunya jauh lebih menarik ketimbang memiliki polis asuransi dengan uang pertanggungan sebesar Rp 1 juta.
jadi kesimpulanya perlukah membeli suatu asuransi? jawabanjyaperlu tapi dengan batasan batasan tertentu.
itulah untung ruginya ikut sebuah asuransi.
salam.





2 komentar

  1. Saya dulu ingin ikut asuransi, tapi sayangnya uang premi awalnya belum cukup.

    BalasHapus
  2. kata ibu saya malah jangan ikutan asuransi , mendingan duitnya ditabung aja itu lebih baik

    BalasHapus